Satupersen.co.id – Pemulung sering sekali kita lihat di sekitaran kita, bahkan terkadang mereka berkeliling di komplek perumahan dengan menyusuri satu persatu tong sampah untuk mengumpulkan sampah atau barang-barang bekas agar bisa dijual ke pengepul. Bahkan tak sedikit mereka yang rela berjalan berkilo-kilo meter menelusuri kota hanya untuk mencari sampah daur ulang tersebut.
Sebagian besar pemulung merupakan perempuan, orang tua, dan bahkan anak-anak. Mereka biasanya membawa karung besar ataupun gerobak untuk menampung sampah yang mereka pungut seperti sampah plastik, kardus, botol bekas, kaca, ember, kaleng dan berbagai macam sampah lainnya yang bisa bernilai uang.
Namun tidak hanya memungut sampah, kegiatan memulung ini juga masih berlanjut di rumah. Sampah plastik yang di bawa masih harus di bersihkan sebelum di bawa ke pengepul. Begitupula dengans sampah kardus yang juga mesti di ikat dan di kumpulkan sebagai syarat untuk dijual.
Pemulung umumnya bekerja dalam kondisi yang tidak sehat, tidak memiliki jaminan sosial, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sering mendapatkan stigma sosial yang kuat serta pendapatan ekonomi yang sangat bergantung pada fluktuasi harga sampah.
Dengan kondisi memprihatinkan itulah pemulung seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Namun mereka hanya bisa tetap bersyukur karena mereka bisa terus menafkahi keluarganya dari hasil memulung tersebut.
Walaupun pemulung sering kali diabaikan, pemulung sebetulnya memainkan peran penting dalam menjaga lingkungan dan mencegah limbah menumpuk di jalanan. Karena mereka mengumpulkan barang-barang yang tidak lagi digunakan oleh masyarakat dan memilahnya sesuai dengan jenis materialnya. Barang-barang ini kemudian dapat diolah dan diproses menjadi bahan baku baru.
Bekerja sebagai pemulung tidaklah mudah dan memiliki banyak tantangan. Mereka harus bekerja keras dan beroperasi dalam cuaca yang panas atau hujan. Mereka juga sering menghadapi risiko bahaya saat mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol kaca yang tajam.
Lalu berapakah sebenarnya pendapatan yang bisa diperoleh seorang pemulung dalam tiap bulannya? Akankah mereka bisa bertahan hidup dengan hanya mengandalkan pendapatan tersebut? Yuk silahkan simak pembahasannya di bawah ini.
Baca Juga : Penghasilan Badut Jalanan Per Hari Bisa Mencapai Rp500 Ribu?
Berapa Pendapatan Pemulung Per Bulan?
Pendapatan ekonomi pemulung berasal dari penjualan sampah yang masih dapat didaur ulang (recycleables). Sampah yang diambil pemulung utamanya adalah plastik, kertas/kardus, logam, dan botol kaca
serta kayu dan kain/tekstil dalam jumlah yang lebih sedikit.
Besarnya pendapatan yang diperoleh pemulung berbeda-beda. Mulai dari pendapatan Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per hari. Untuk pemulung yang sudah menjadi pelapak, pendapatannya bisa mencapai hingga Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per hari.
Jadi misalkan rata-rata memperoleh Rp 150 ribu maka jika di akumulasikan dalam sebulan, pemulung bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 4,5 juta per bulan. Nominal tersebut terbilang lumayan, bahkan menyerupai gaji pegawai negeri.
Namun pendapatan tersebut tidak bisa dipukul rata, banyak pula kisah pemulung yang hanya mampu mengumpulkan uang sebesar Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu saja perhari. Jadi apabila setiap hari rata-rata pemulung mendapatkan Rp 40 ribu – Rp 60 ribu, maka dalam sebulan pemulung bisa membawa pulang uang sekira Rp 1,2 juta – Rp 1,8 juta.
Tinggalkan Balasan